Jumat, 08 Februari 2013

Saat Cinta Seharusnya Memiliki

Salam galau aja buat pengunjung blog ini.Semoga anda yg saat ini tengah berada dalam lingkaran kegalauan dapat keluar dari situasi tersebut.
Mungkin yg saat ini galau adalah saya, dan saya berusaha mengajak siapa saja yg mengunjungi blog ini untuk turut galau bersama saya..
Sebelumnya maaf, jika postingan ini tidak memuat apa-apa kecuali kegalauan hati seorang admin. Mungkin pembaca akan bosan, dan mulai berpikir untuk tidak melanjutkan membaca tulisan ini, tapi ketahuilah."Anda akan sangat menyenangkan hati saya jika terus melanjutkan membaca artikel ini." itu artinya, ada nilai pahala untuk anda yg bersedia menampung curahan hati saya, karna anda telah menyenangkan hati seorang manusia yg tengah gundah gulana.
Sobat visitor pasti pernah mendengar org berkata "Cinta itu tak harus memiliki.", atau setidaknya sobat pernah membaca tulisan tersebut di status teman-teman pesbuk sobat, karna kalimat itu cukup sering ditulis di jejaring sosial oleh org-org galau.
Sebenarnya saya kurang begitu setuju dgn pernyataan itu, karna menurut saya, yg namanya cinta itu ya harus memiliki.. kalau enggak, ya gak usah jatuh cinta..
Cinta itu lahir bersama rasa ingin memiliki, keduanya berpadu jadi satu dan mungkin tak bisa dipisahkan.. Saat anda mencintai suatu benda, maka secara otomatis hati anda ingin memilikinya.. Jika tidak bisa, anda akan kecewa bahkan terluka parah..
Begitu juga saat seseorang mencintai lawan jenisnya, ia akan sangat bahagia jika dapat memilikinya, sebaliknya.. derita terpedih akan sangat menyiksa saat kenyataan berkata untuk tidak harus memiliki. Itu artinya, cinta terbit memang untuk memiliki.
Adapun jika seseorang mengatakan, "Aku bahagia jika org yg kucintai bahagia.. Meskipun kebahagiaan itu ia dapatkan dari org lain." kalimat itu terucap tidak dari hati terdalam, hatinya pasti terluka, jiwanya pasti tersiksa.. ia berusaha mengobati dirinya sendiri dengan mengatakan kalimat kosong itu, mungkin juga ia akan sedikit bangga dgn kalimat itu, karna memang butuh kebesaran hati untuk itu, atau memang tak ada pilihan lain selain ikut bahagia atas kebahagiaan org yg dia cintai. Entahlah.. Yg pasti aku tak percaya dgn pernyataan konyol seperti itu.
Saat hatiku terpaut pada seorang lelaki yg menurutku spesial, matanya, senyumnya, pribadinya.. dan semua yg ada pada dirinya begitu mengagumkan, dan saat itu aku berpikir bagaimana cara untuk dapat memilikinya, mungkin bisa dikatakan mendapatkan hatinya menjadi suatu kewajiban bagiku saat itu.
Namun naas, takdir tidak berpihak kepadaku.. Hatinya yg sangat kuingini itu telah dimiliki perempuan lain yang mungkin menurutnya terbaik, mungkin benar.. perempuan itu lebih baik dariku, dan ia akan mampu membahagiakan bidadara mimpiku itu melebihi kemampuanku untuk itu..
Lalu apa? Aku harus menangis kah? Kurasa tidak perlu.
Aku pun ikut tersenyum, bukan karna kebahagiaannya bersama perempuan itu.. tapi memang tak ada pilihan lain bagiku selain tersenyum..
Menangis takkan menyelesaikan masalah, lagi pula.. aku seorang pereempuan tangguh yg tdk semestinya meneteskan air mata.
Sekali lagi kutegaskan, aku memang terluka.. Senyumku bukannya turut bahagia atas kebahagiaannya, tapi atas pilihanku sendiri untuk diriku sendiri, dalam arti untuk menutupi deritaku dan mengobati kepedihanku.
Aku mencintainya, dan aku tak bisa memilikinya.. aku pun akhirnya terluka meski dia telah bahagia.
Sesungguhnya telah kucoba untuk turut bahagia atas kebahagiaannya, namun tak bisa.. Luka ini terlalu besar untuk diajak bahagia, lalu mengapa bisa aku tersenyum? Karna itu sudah menjadi pilihan terbaikku, meski sesungguhnya suasana hati sangat bertolak belakang.
Lalu apakah cinta seperti itu bisa dikatakan tulus? Kupikir iya..
Sudahlah, aku tak ingin melanjutkan tulisan ini.. jujur, hatiku sangat teriris saat menulis tulisan ini, dan aku ingin mengakhirinya disini...

writing by ina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar